Kamis, 31 Mei 2012

Autobots, Robot Transformer benar ada


Robot Transformer ukuran ukuran kecil sudah benar benar ada.


Seorang pakar robot dari Jepang bernama Kenji Ishida membangun Transformer betulan, meski dalam skala kecil. Tak jelas apakah Transformer buatan Ishida ini Autobot atau Decepticon, tapi ia benar-benar bisa menggerakkan Transformer ini dengan sentuhan satu tombol.


Ishida bekerjasama dengan JS Robotics, perusahaan pembuat pengendali jarak jauh untuk mobil, agar Transformer buatannya bisa berubah bentuk menjadi robot. Anda tidak perlu memutar bagian tubuh robot ini secara manual, ada 22 motor servo yang memungkinkan Transformer buatan Ishida ini berubah bentuk secara otomatis.

Sumber: Oleh Calvin Khong    PC.com

http://www.youtube.com/watch?v=pzrc_yzdt1o&list=UUrqky3XNz9hTNOQvuNru4Lw&index=3&feature=plcp

Sabtu, 26 Mei 2012

Pilot Cantik wanita indonsia


Walau di Indonesia profesi pilot masih didominasi oleh kaum pria, namun Srikandi-Srikandi penjelajah langit seperti Ida Fiqriah, Agatha Asri Herini, Isma Kania Dewi, Sarah Kusuma, Allendia Traviana, Iin Irjayanti, Esther Gayatri Saleh, Fariana Dewi Djakaria dan Sekti Ambarwaty dapat membuktikan dirinya sebagai perempuan Indonesia yang tangguh dan mampu disejajarkan dengan kaum pria.

Untuk mengenal mereka, dibawah ini hasil penelusuran ulang beberapa data terkait sembilan Srikandi Penerbang Indonesia.

1. IDA FIQRIAH DAN AGATHA ASRI HERINI

Ida Fiqriah, 30 tahun, kini menjadi pilot wanita satu-satunya di maskapai Garuda Indonesia. Dia menikah dengan Ahsanul Muqaffi, seorang kapten polisi yang bekerja di Polres Jakarta Baratdan dikaruniai seorang anak namun Ida tetap terbang. Ida adalah sulung dari empat bersaudara. Orang tuanya guru sekolah dasar. Ida sempat kuliah di Jurusan Matematika Fakultas MIPA, Universitas Lampung. Kuliah yang ternyata hanya dilakoninya satu semester. Ia mendaftar ke Curug, dan lulus. Ada sembilan tahap yang harus dilaluinya dengan sistem gugur, termasuk bakat penerbang dan postur-tinggi minimal 165 cm, panjang kaki minimal 100 cm, sesuai standar duduk internasional. Kepadanya, dipercayakan pesawat besar Airbus 330 berpenumpang 300-an orang untuk diterbangkan ke seluruh penjuru dunia.


Sementara Agatha, selain seorang pilot, ia juga menjadi instruktur pilot di maskapai yang sama. Ia mendapat wewenang besar untuk meloloskan atau menggagalkan seorang pilot, pria dan wanita, untuk memegang sebuah pesawat

2. ISMA KANIA DEWI
Selepas lulus SMA Regina Pacis, Bogor, Isma Kania Dwei mendapatkan beasiswa untuk menuntut ilmu menjadi pilot di Pusat Latihan Penerbangan Curug di Tangerang hingga memperoleh Commercial Pilot License Multi Engine Instructor Rating. Pada tahun 1997 ia lulus sebagai Pilot Wanita Pertama dari Sekolah Penerbangan CURUG, Jakarta.


Ia lantas bergabung bersama Garuda pada tahun 1998 dan berhasil menerbangkan Boeing 737 300-400-500 series, pesawat komersil pertamanya.

Isma lahir tanggal 4 Oktober 1975, sejak kecil Isma senang sekali kalau melihat orang dengan seragam Pilot.

Siklus hidup wanita ini ternyata sungguh mujur. Sempat menjadi pilot Qatar Airways. Ia telah menerbangkan pesawat hingga ke Austria, Rusia dan Abu Dhabi. Saat Isma menjadi piot Etihad Airways - United Arab Emirates.

3. SARAH KUSUMA

Sarah Kusuma, perempuan kelahiran Bandung, 3 Maret 1978. Selepas lulus dari SMA Negeri 7 Cikokol, Tangerang, pada tahun 2005, postur 165 sentimeter dan berat 52 kilogram.


Sebetulnya cita-cita utama perempuan kelahiran Bandung, 3 Maret 1988 itu adalah menjadi dokter. Tapi ia harus mengubur cita-cita tersebut karena kondisi keuangan orang tuanya tak memungkinkan mereka merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah untuk membiayainya.

Karena itu, selepas lulus dari SMA Negeri 7 Cikokol, Tangerang, pada 2005, Sarah berupaya mencari tempat kuliah yang gratis. Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) di Curug-lah yang kemudian dipilihnya

Sarah Kusuma termasuk pilot wanita muda, sudah menerbangkan Boing 737 tipe klasik, tapi juga yang mutakhir seperti Boeing 737 next generation.

4. ALLENDIA TRAVIANA & IIN IRJAYANTI

ALLENDIA TRAVIANA adalah Wanita kelahiran Kupang, 10 November 1989, Sebenarnya untuk menjadi pilot bukan pilihan utamanya. Awalnya dia bercita-cita menjadi dokter gigi, oleh karena itu sempat diterima di Fakultas Psikologi Universitas Negeri Solo pada 2007. Tapi karena kalkulasi biaya, ia akhirnya memilih ke sekolah penerbang Aero Flyer Institute milik Batavia Air. Dia mengikuti ikatan dinas dengan Batavia selama 16,5 tahun sejak masa pendidikan selama dua tahun.


Anak bungsu dari M. Budi Kuntjo dan Mieke Radiana itu kini menjadi satu dari dua pilot perempuan di maskapai Batavia Air. Ia dipercaya menerbangkan Boeing tipe 737-300, 400, dan 500 untuk rute domestik.

Raden Roro Iin Irjayanti, Gadis cantik yang akan memasuki usia 27 tahun pada 4 November ini adalah satu dari dua pilot perempuan di maskapai Batavia Air, satu rekan dengan Allendia Traviana. Dia sempat mengikuti mengikuti kontes kecantikan dengan konsep Beauty, Brain, Behavior: Puteri Indonesia tahun 2010. Lulus Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug, Tangerang, angkatan 58 tahun 2004.

IIn berdomisilinya di Tangerang, Meskipun demikian ia menyebut dirinya orang Papua, karena lahir di Jayapura. Menjadi pilot adalah juga merupakan cita-cita almarhum ayahnya

Anak tunggal keturunan Keraton Kanoman Cirebon dari garis ayahnya ini ingin membuktikan bahwa perempuan bisa menonjolkan sisi feminin dan maskulin sekaligus. Iin yang menjalani sekolah penerbangan selama dua tahun dua bulan, terlatih sebagai taruni yang maskulin. Kemudian menjalani empat tahun profesi sebagai kopilot dengan 3.000 jam terbang, kini, sudah menerbangkan pesawat Boeing 737 seri 300-400,

5. ESTHER GAYATRI SALEH

Esther Gayatri Saleh (49 tahun). Ia merupakan seorang pilot penguji senior di PT Dirgantara Indonesia (DI). Esther bertugas sebagai pilot yang mengetes pesawat-pesawat baru. Dia juga bertugas untuk membuat manual untuk pilot-pilot pesawat komersil,

Esther pertama kali menikmati sensasi terbang pada 1984. Baginya, terbang adalah pengalaman yang luar biasa. Dengan terbang, keinginannya untuk melihat Indonesia terwujud sudah. Kini, ia menjadi penerbang perempuan pertama dengan jam terbang terbanyak, lebih dari 6.000 jam.


Menerbangkan pesawat yang belum pernah diterbangkan, kata Esther berbeda dengan tugas pilot komersial. Pilot komersial menerbangkan pesawat-pesawat yang sudah teruji sebelumnya. Hal ini lebih mudah, karena pesawat tersebut sudah disertifikasi dan aman untuk diterbangkan. Sedangkan dia harus menguji sejak pesawat itu jadi, baik menguji di darat, maupun di udara.

6. FARIANA DEWI DJAKARIA
Perempuan kelahiran Pariaman Provinsi Sumatera Barat ini mengaku, sejak dulu ingin menjadi penerbang. Cita-citanya menjadi penerbang, begitu kuat, apalagi selama ini dia banyak mendengar kalau perempuan tidak bisa menjadi penerbang helicopter. Dia adalah pilot helikopter pertama di TNI AU.


Sejak berdiri pada 12 Agustus 1963, Wanita angkatan udara (WARA) tidak lagi sekadar bertugas di belakang meja sebagai staf administrasi, guru bahasa, dokter atau bidang hukum. Para srikandi udara itu kini telah banyak yang berkiprah sebagai teknisi, pengawas lalu lintas udara dan penerbang. Untuk penerbang, para srikandi udara itu mayoritas dipercaya memegang kemudi pesawat angkut ringan seperti CN-235 dan Cassa 212.

Tentang impian lainnya, Fariana yang kini menjadi bagian dari Skadron 7 Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Suryadharma, Subang, bercita-cita menjadi instruktur penerbang wanita pertama.

7. SEKTI AMBARWATY

Letnan Satu (Lettu) Setia Ambarwati mungkin bisa jadi salah satu bukti bahwa kaum perempuan mampu pula berkiprah di bidang militer dan penerbangan. Perempuan yang biasa disapa Lettu Ambar itu sehari-hari memang bekerja di Skuadron 2 Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, sebagai penerbang.



Sekti lahir di Malang,18 Oktober 1983. Karier sebagai penerbang yang dijalani Ambar memang terbilang langka. Pasalnya, tahun 1985 hingga sekitar 2005, TNI Angkatan Udara (TNI AU) praktis tidak memiliki penerbang perempuan. Barulah setelah hampir 20 tahun terjadi kevakuman, TNI AU kembali mengaktifkan penerbang-penerbang perempuan untuk melengkapi skuadron-skuadron penerbangan mereka. Dan, Ambar menjadi satu dari sedikit perempuan yang terpilih untuk memperkuat skuadron penerbangan TNI AU.

Sumber :  katanya juragan http://www.kaskus.us

Nyali Wanita Indonesia menjadi Pilot


Pekerjaan pilot mungkin masih terdengar canggung bagi seorang wanita, akan tetapi tidak bagi wanita asal kota kembang ini. Namanya adalah Sarah Kusuma, di usianya yang masih belia, ia telah menjadi seoarng pilot wanita yang menerbangkan pesawat ke pelosok nusantara, bahkan ke kota – kota mancanegara. Bukan hal mudah bagi seorang wanita untuk menjadi seorang pilot. Harus lulus uji nyali yang bisa membuat jantung copot.
Sarah Kusuma
Begitu berada di ketinggian 3.000 feet, mesin tiba-tiba dimatikan dan pesawat menukik tajam untuk beberapa saat. Sarah Kusuma yang seumur-umur belum pernah naik pesawat sempat syok. Tapi ia berupaya keras mengendalikan diri agar tidak panik berlebihan.
Itulah uji nyali paling dramatis yang berhasil dilalui dan mengantarnya untuk mengikuti pendidikan sebagai penerbang dengan gratis.
Sebetulnya cita-cita utama perempuan kelahiran Bandung, 3 Maret 1988 itu adalah menjadi dokter. Tapi ia harus mengubur cita-cita tersebut karena kondisi keuangan orang tuanya tak memungkinkan mereka merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah untuk membiayainya. Karena itu, selepas lulus dari SMA Negeri 7 Cikokol, Tangerang, pada 2005, Sarah berupaya mencari tempat kuliah yang gratis. Sekolah Tinggi Penerbangan (STP) di Curug-lah yang kemudian dipilihnya.
“Karena jurusan pilot sudah beberapa tahun vakum, saya pilih jurusan teknik pesawat. Tapi akhirnya saya menganggur karena tidak lulus,” kata sulung dari empat bersaudara itu saat disambangi Tempo di kediamannya di Graha Raya Bintaro, Selasa, 2 Agustus 2011 petang.
Tak putus asa, tahun berikutnya Sarah kembali mendaftar dan memilih jurusan penerbangan yang baru kembali diaktifkan. Selama menganggur, hari-harinya diisi dengan membantu sang ibu berbisnis kecil-kecilan dan sempat menjadi tenaga penjual peralatan komputer.
Di STP Curug, gadis dengan tinggi badan 165 sentimeter dan berat 52 kilogram itu menjadi satu-satunya siswa wanita dari 35 siswa lainnya. Prestasi akademisnya yang mencorong membuat maskapai Garuda meliriknya beberapa bulan sebelum masa pendidikannya berakhir pada 2009. Kini ia menjadi bagian dari enam pilot wanita di lingkungan maskapai terbesar di Tanah Air itu.
Tak cuma menyinggahi kota-kota di pelosok Nusantara, beberapa kota mancanegara, seperti Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Hong Kong telah disinggahinya. Bahkan sejak April lalu, Sarah tak cuma menerbangkan Boeing 737 tipe klasik, tapi juga yang mutakhir: Boeing 737 Next Generation. “Besok pagi saya terbang ke Perth lewat Denpasar,” ujarnya.
Menjadi pilot juga bukan pilihan utama Allendia Traviana. Ia yang bercita-cita menjadi dokter gigi itu diterima di Fakultas Psikologi Universitas Negeri Solo pada 2007. Tapi karena kalkulasi biaya, ia akhirnya memilih ke sekolah penerbang Aero Flyer Institute milik Batavia Air. “Saya mengikuti ikatan dinas dengan Batavia selama 16,5 tahun sejak masa pendidikan selama dua tahun,” kata Allen.
Anak bungsu dari M. Budi Kuntjo dan Mieke Radiana itu kini menjadi satu dari dua pilot perempuan di maskapai swasta itu. Ia dipercaya menerbangkan Boeing tipe 737-300, 400, dan 500 untuk rute domestik. Ia pertama kali menerbangkan penumpang dari Jakarta ke Ambon yang dikenal punya kesulitan tersendiri untuk mendarat. “Begitu landing dengan mulus, saya langsung telepon mama. Wah rasanya campur aduk deh. Dari semula beban, menjadi bahagia, bangga, dan haru,” ujar Allen.
Setiap kali akan terbang, gadis kelahiran Kupang, 10 November 1989 biasa memperhatikan gerak-gerik para calon penumpang dari jendela kokpit. “Beragam ekspresi mereka membuat saya fokus dalam bekerja,” ujar Allen. 
Esther Gayatri Saleh
Lain lagi dengan Capt. Esther Gayatri Saleh. Selama lebih dari 20 tahun, ia melakoni pekerjaan sebagai pilot penguji di PT Dirgantara Indonesia. Hampir semua jenis pesawat yang diproduksi PT DI, perempuan kelahiran Palembang, 3 September 1962 itulah yang pertama kali menguji, apakah pesawat layak terbang atau tidak. Esther juga melatih para pilot yang akan menerbangkan pesawat-pesawat yang dibeli dari PT DI, baik tipe militer maupun penumpang.
Kualifikasi untuk menjadi pilot penguji tentu lebih rumit dan minimal harus punya jam terbang antara 1.500-2.000 jam. “Biaya pendidikannya juga sangat mahal, sedikitnya 1 juta dolar,” kata Esther yang lulusan Sawyer School of Aviation, Phoenix, Arizona, Amerika.
Mahalnya biaya pendidikan, ia melanjutkan, perusahaan sekelas Boeing pun cuma punya 40 pilot penguji. “Yang disekolahkan khusus hanya empat orang, selebihnya dididik internal oleh pilot penguji di perusahaan itu,” ujarnya.
Profesi pilot tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Mulai dari training yang harus dilalui untuk bisa menerbangkan jenis pesawat tertentu, hingga training yang dipersyaratkan untuk standar keselamatan yang harus dijabaninya tiap 6 bulan. “Anda jadi pilot harus sudah siap sekolah terus sampai tua,” kata Esther.
Bagi calon pilot, mulai dari seragam dan topi yang dikenakan melambangkan pengetahuan dan kemampuanya. Tanda pangkat di pundak melambangkan tanggung jawab dan tanda sayap (wing) di dada untuk mengingatkan bahwa manusia bukan burung. “Terbang itu passion. Jadi tanda wing itu taruh dekat hati,” ujar Esther tegas.


Sumber: http://berita-baru.com/

Senin, 21 Mei 2012

Gaya Baru Gadis cantik bertaring


Di Jepang ada sesuatu yang disebut "yaeba," (secara harfiah berarti "gigi ganda") yang mengacu untuk memperluas dan mempertajam taring perempuan. Meskipun bengkok dan taring seperti gigi yang memandang rendah di dunia Barat, di Jepang mereka dianggap menggemaskan oleh sebagian besar pria.




Ada yang mengatakan itu tampilan kucing yang membuat gaya ini menarik sementara yang lain mengandaikan bahwa itu adalah ketidaksempurnaan dalam menghadapi "sempurna" model penutup yang telah membuat tampilan fang populer.




Bisnis ini booming di salah satu klinik gigi di Tokyo karena mereka menyelesaikan prosedur ini secara teratur. Dokter gigi benar-benar menggunakan gigi tiruan disesuaikan yang ditempelkan di atas gigi taring alami untuk membuat mereka menonjol. Meskipun tidak permanen prosedur ini yakin akan menjadi hit di jalan-jalan Tokyo.